PELATIHAN MENULIS CERPEN PELAJAR SMP NEGERI 1 PONGGOK
Tayangan pembuka disunting menggunakan Aplikasi Canva
Suatu kehormatan bagi Ummi, mendapatkan kepercayaan dari Bapak Ibu Guru SMP Negeri 1 Ponggok untuk membersamai anak-anak, dalam pelatihan ini. Pada hari pertama kami belajar kembali tentang menjaga stamina dan semangat berkarya; menggali gagasan dan tips menulis cerpen yang menarik.
Terimakasih atas kepercayaannya, SMP Negeri 1 Ponggok. Juga izin dinas luar yang diberikan Bapak Plt. Kepala Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kota Blitar, karena sekolah ini berada di wilayah Kabupaten Blitar. Para narasumber Kepenulisan Online untuk Masyarakat (KEMAS), yang materinya saya rangkum untuk para pelajar. Hingga keluarga atas dukungan lahir batinnya.
***
Acara ini dihadiri oleh 38 siswa-siswi peserta ekskul jurnalistik.
Tadi kami membahas bakal naskah setidaknya milik lima anak. Ada yang sampai menangis karena kisahnya ditulis sebagai pengobat rindu pada sang ibu.
Di tengah pembahasan kami, Pak Yanu Aribowo berkesempatan hadir. Melengkapi penjelasan Ummi tentang naskah fiksi. Beliau memberikan wawasan lain pada para peserta didik, tentang dunia jurnalisme. Sesuai dengan latar belakangnya sebagai wartawan Radar Blitar.
Pada akhir sesi, Ummi mengumumkan bahwa tanggal 20 September adalah batas waktu pengumpulan naskah. Untuk kemudian disunting dan kami kirimkan kepada penerbit. Semoga menjadi produk karya yang akan mengisi rak koleksi perpustakaan sekolah. Insya Allah biidznillah.
***
Mungkin inilah puncak kesyukuran seorang pengarang sederhana seperti Ummi. Mengutip salindia berjudul Kreatif Mengolah Gagasan, karya Pak Rafif Amir, kebahagiaan penulis terbagi dalam beberapa peristiwa. Salah satunya, ketika ia dikenal masyarakat luas.
Ummi sadar diri, belumlah sepiawai para penulis besar di tanah air. Bahkan untuk seantero Blitar Raya, mungkin banyak orang yang belum mengenal saya.
Namun, keberadaan diri sebagai salah satu abdi masyarakat Bumi Bung Karno, khususnya mengampu tugas-tugas sosialisasi kepenulisan, tentu sedikit banyak berdampak pada lahirnya jejaring yang signifikan. Sungguh tidak menyangka, akan berkiprah hingga ke wilayah Kabupaten Blitar, tetangga dekat kota kami.
Foto ini sebagai pengingat, bahwa Allah itu Maha Bijaksana. Dulu sekali, Ummi pernah berkhayal, akan menjadi sandaran anak-anak daerah kami sebagai tempat bertanya tentang kepenulisan. Puluhan file materi dari berbagai narasumber, yang mengendap dalam gawai, kapan ya bisa disalurkan pada generasi muda itu?
Ummi beberapa kali menawarkan diri secara sukarela ke dalam grup sekolah dan sebagainya. Gratis. Ada yang nyangkut, namun terkendala waktu tidak dapat konsisten dan rutin. Ada juga tuntutan harus menghasilkan karya cetak, namun dengan menembus penerbit tanpa biaya.
Ummi keberatan dengan syarat itu, karena naskah sendiri saja tertolak. Penerbit beralasan sedang tidak menerima karya sampai batas waktu yang tak ditentukan.
Asumsi saya, mungkin dampak pandemi dan maraknya platform digital menulis. Apalagi pernah dengar kabar, para manajer penerbitan besar yang biasanya berdiam diri di kantor ber AC, sampai turun ke lapak bazar murah untuk memasarkan buku mereka. Beberapa outlet penerbit juga terpaksa tutup. Pendapat lain, karena rendahnya minat baca masyarakat. Kita peringkat hampir bawah dibanding negara-negara dunia.
Ternyata, Allah menjawab dengan sangat indah. Kemarin, Ummi diundang secara resmi. Disambut dengan hangat. Waktunya juga tidak rutin, hanya berkala saja. Masih dibuatkan spanduk yang besar bertuliskan nama diri. Dapat (ehm) honor sebagai narasumber. Walau tidak mengharapkan, ini juga tidak boleh ditolak. Rezeki dari arah tak disangka-sangka.
Memang ada tuntutan proyek antologi yang berwujud cetak. Namun, sekolah konsekuen. SMP Negeri 1 Ponggok mendapat dana Bantuan Operasional Sekolah Bidang Kinerja, yang dialokasikan untuk talenta anak. Salah satunya melalui jalur ekstra kurikuler jurnalistik ini. Jadi sangat mendukung proses penerbitan buku antologi cerpen mereka.
Biaya penerbitan jalur indie ditanggung sepenuhnya oleh sekolah. Tidak dibebankan kepada narasumber
Dan, foto ini merupakan keindahan jawaban Allah berikutnya. Ummi mengenakan busana serba ungu, pada hari pertama pelatihan. Baju atasan batik teratai itu dresscode kami, Alumni Putri Praja Kota Blitar (Alpukat). Sama sekali tidak tahu dan tidak menduga, bahwa spanduknya juga bernuansa senada.
ٱلْحَمْدُ لِلَّٰهِ رَبِّ ٱلْعَالَمِينَ
مَاشَاءَ اللهُ تَبَارَكَ اللهُ
مَا شَاءَ اللَّهُ لَا قُوَّةَ إِلَّا بِاللَّهِ
Komentar
Posting Komentar
Sila tinggalkan jejak komentar, saran, masukan, kritik dan segenap tanggapan. Ummi tidak setiap hari memeriksa blog ini. Namun, insyaa Allah diusahakan membalas semampunya apabila senggang. Terima kasih atas kunjungannya :)