Karunia Hidup

Tayangan pembuka disunting menggunakan Aplikasi Canva. Lagu latar Laa Haula dipopulerkan Grup Adam
 

Sebagai hamba, sering kita lalai, bahwa segenap hal yang melekat ialah kepunyaan Allah ﷻ. Bahkan, rasanya ingin menggenggam erat seluruh perhiasan mata dan hati, semisal harta, kedudukan, pasangan hidup, anak dan seterusnya. Lupa, jika itu semua bisa diambil sewaktu-waktu oleh Sang Pemilik. 


Terdapat kutipan penuh hikmah dari Yasmin Mogahed. Ia adalah seorang muslimah berkebangsaan Amerika yang merupakan praktisi akademik Islam, penulis pengembangan personal dan spiritual serta pembicara internasional. Dalam bukunya bertajuk Reclaim Your Heart, Yasmin menulis :

"Ingatlah bahwa ada dua tempat untuk menyimpan sesuatu : di tangan atau hati.

Lantas, di mana kita menyimpan karunia-karunia itu?

Sebuah karunia tidak disimpan dalam hati. Ia diletakkan pada tangan. Jadi, ketika karunia itu diambil, rasa kehilangannya menimbulkan kepedihan pada tangan---bukan dalam hati".

 


Dalam bingkai : Yasmin Mogahed. Gambar diambil dari sini


Harapan. Ini juga bisa jadi mata rantai kekecewaan yang tiada berujung. Jika karunia disandarkan pada makhluk. Misalnya, tentang suami atau istri kita. 

Yasmin Mogahed juga menulis dalam buku yang sama dan diterjemahkan berjudul Kembalilah kepada Hatimu, bahwa karunia berupa pernikahan akan dapat mendekatkan diri kita menuju Allah. Selama ia diposisikan sebagai sarana. Bukan akhir. 

Menurut Yasmin Mogahed, seluruh karunia, termasuk pernikahan adalah sarana menggapai Ridha Allah. Bukan tujuan akhir hidup. 

Simaklah guyonan ulama kita,  KH. Ahmad Bahauddin Nursalim, atau dikenal dengan Gus Baha, sebagai sindiran halus yang menggelitik. 

"Kekecewaan akan datang, bagi mereka yang menginginkan disanding istri shalihah, penurut dan menerima apa adanya", ujar Gus Baha.

"Angger bojomu urip lan tetep madhep ngulon, wis apik", lanjut Beliau disambut tawa jamaah pengajian. 

Maksudnya ialah, yang penting istri tetap hidup dan menghadap kiblat jalankan sholat lima waktu, itu sudah cukup. Jangan lagi menuntut istri dengan bermacam-macam hal ataupun kriteria. Ini bisa juga diterapkan pada karunia lain. 

Dalam bingkai : Gus Baha pada suatu kegiatan dakwah. Gambar diambil dari sini


Ustadzah Oki Setiana Dewi mengajak kita untuk lebih meningkatkan makna ibadah. Jika sebelumnya amal-amal kebajikan didasarkan niat mencari ampunan dan pahala. 

Kini, belajarlah pelan-pelan untuk beribadah guna mensyukuri karunia dan menggapai Rahmat Allah. Kasih SayangNya. 

Semoga kelak, kita dimudahkan jumpa dan bertetangga lagi di Jannah yang abadi nan mulia. Aamiin Yaa Rabb. 

Dalam bingkai : Ustadzah Oki Setiana Dewi pada suatu perjalanan syiar dakwahnya. Gambar diambil dari sini

ٱلْحَمْدُ لِلَّٰهِ رَبِّ ٱلْعَالَمِينَ
مَاشَاءَ اللهُ تَبَارَكَ اللهُ 

Komentar

Postingan Populer