Bersabar dalam Meminta

Tayangan pembuka disunting menggunakan Aplikasi Canva. Lagu Latar Nasyid berjudul Sekeping Hati Suci

Ummi sependapat dengan Gurunda Adi Hidayat -semoga Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى memuliakan Beliau-, bahwa bukan sekedar algoritma beranda media sosial yang memperjumpakan kita pada segenap ayat, hikmah, ilmu dan nasihat. Hamba yang mukmin meyakini itu juga ada kekuasaan Rabb Semesta Alam dalam mengkaruniakan hidayah pada kita semua.

Tulisan berikut, juga adalah petunjuk Allah yang disematkan pada sekelumit tausiyah Ustadz Adi Hidayat, di beranda Tik Tok. Semoga bermanfaat.


Dalam bingkai : Ustadz Adi Hidayat pada sebuah acara dakwah. Gambar diambil dari sini

Pada awal masa kenabian Rasulullah ﷺ, kiblat Kaum Muslim terletak di Masjidil Aqsha, Palestina. Maka, Kaum Yahudi mengolok-olok bahwa Islam adalah agama pengikut mereka. Sebab, berkiblat yang sama di Baitul Maqdis.

Mendapati hal ini, Rasulullah ﷺ bersedih. Namun, lisan Beliau yang mulia tiada mengucap permohonannya, agar Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى mengubah arah kiblat. Baginda hanya kerap kali menengadah ke langit, sembari meminta dalam hati : Kiblat pindah ke Ka'bah di Mekkah.

Apakah langsung terkabul do'a Al Amin? Tercatat hingga Kaum Muslimin hijrah ke Madinah, kurang lebih tiga tahun setelahnya, turun wahyu. Qur'an Surat Al Baqarah ayat 144.

قَدْ نَرَىٰ تَقَلُّبَ وَجْهِكَ فِي السَّمَاءِ ۖ فَلَنُوَلِّيَنَّكَ قِبْلَةً تَرْضَاهَا ۚ فَوَلِّ وَجْهَكَ شَطْرَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ ۚ وَحَيْثُ مَا كُنْتُمْ فَوَلُّوا وُجُوهَكُمْ شَطْرَهُ ۗ وَإِنَّ الَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَابَ لَيَعْلَمُونَ أَنَّهُ الْحَقُّ مِنْ رَبِّهِمْ ۗ وَمَا اللَّهُ بِغَافِلٍ عَمَّا يَعْمَلُونَ

"Sungguh, Kami melihat wajahmu (Nabi Muhammad) sering menengadah ke langit. Maka, pasti akan Kami palingkan engkau ke kiblat yang engkau sukai. Lalu, hadapkanlah wajahmu ke arah Masjidilharam. Di mana pun kamu sekalian berada, hadapkanlah wajahmu ke arah itu. Sesungguhnya orang-orang yang diberi Kitab, benar-benar mengetahui bahwa (pemindahan kiblat ke Masjidil Haram) itu adalah kebenaran dari Tuhan mereka. Allah tidak lengah terhadap apa yang mereka kerjakan".

Dalam bingkai : Ka'bah di Kota Mekkah. Gambar diambil dari sini

Pun Nabiyulloh Ayub عَلَيْهِ السَّلَامُ. Penyakitnya tak pernah dialami oleh kaum sebelum sang nabi, maupun sesudah Beliau. Namun, Sang Nabi sangat sungkan meminta kesembuhan.

Hingga, sang istri bertanya, "Engkau ini kan Nabi, bahkan Rasul. Kenapa tidak kau pintakan kesembuhan? Setelah keadaan kita seperti ini. Engkau sakit parah. Harta kita ludes. Anak-anak kita yang berjumlah 12 orang meninggal semua".

"Kita telah menikmati kebahagiaan selama dua puluhan tahun. Dan, aku sakit hanya beberapa tahun saja. Aku sungkan pada Allah", ujar Nabiyulloh Ayub.

Maka, simaklah lantunan doa yang indah dan santun dari Nabi Ayub عَلَيْهِ السَّلَامُ setelah sakitnya di tahun keduapuluh, pada Qur'an Surat Al Anbiyaa' ayat 83 :

وَأَيُّوبَ إِذْ نَادَىٰ رَبَّهُ أَنِّي مَسَّنِيَ الضُّرُّ وَأَنْتَ أَرْحَمُ الرَّاحِمِينَ

"(Ingatlah) Ayub ketika dia berdoa kepada Tuhannya, “(Ya Tuhanku,) sesungguhnya aku telah ditimpa penyakit, padahal Engkau Tuhan Yang Maha Penyayang dari semua yang penyayang.”

Berkat do'a yang santun itu, Allah merahmati keluarga Sang Nabi dengan kesembuhan dari penyakit, kaumnya kembali bersama mereka, harta benda dan kebun melimpah, serta istrinya dikaruniai kelahiran kembar sebanyak 12 kali. Artinya, Allah menggantikan kematian 12 anaknya dengan kelahiran 24 buah hati. Allahu akbar.

Dalam bingkai : pasangan suami istri dan anak kembar 9 mereka. Gambar diambil dari sini

Kisah terakhir, Nabi Zakaria عَلَيْهِ السَّلَامُ. Betapa rambutnya yang mulai memutih, tubuh yang renta dan vonis mandul pada sang istri; tak menggoyahkan Beliau untuk terus bermunajat.

Apalagi, tanda-tanda kekuasaan Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى yang telah menyajikan buah-buahan bukan pada musimnya di mihrab Maryam, sang keponakan. Maka, bertambahlah keimanan dalam hati Sang Nabi.

Berikut ini kisah doa Nabiyulloh Zakaria عَلَيْهِ السَّلَامُ pada Al Qur'an Surat Ali Imran ayat 38 :

هُنَالِكَ دَعَا زَكَرِيَّا رَبَّهُ ۖ قَالَ رَبِّ هَبْ لِي مِنْ لَدُنْكَ ذُرِّيَّةً طَيِّبَةً ۖ إِنَّكَ سَمِيعُ الدُّعَاءِ

"Di sanalah Zakaria berdoa kepada Tuhannya. Dia berkata, “Wahai Tuhanku, karuniakanlah kepadaku keturunan yang baik dari sisi-Mu. Sesungguhnya Engkau Maha Mendengar doa.”

Allah menjawab pinta Zakaria alaihissalam dengan kelahiran Yahya. Pada usianya dan sang istri yang renta. Serta vonis mandul.

Dalam bingkai : ilustrasi pasangan senja. Gambar diambil dari sini

Tiada batas waktu yang pasti untuk terkabulnya sebuah doa. Itu yang kita dapat hikmati dari kisah-kisah di atas.

Tak jarang, doa terganti dengan sesuatu yang lebih baik menurut Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى. Bahkan tingkatan tertinggi pemenuhan hajat kita yaitu, jika tidak terkabul di dunia. Sesungguhnya, ia tengah menanti panen pahala di hari akhir kelak.

Wallahu'alam bish showab.


اَلْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ
مَاشَاءَ اللهُ تَبَارَكَ اللهُ

Komentar

Postingan Populer