Pembelajar Tak Boleh Minder

Video disunting menggunakan Aplikasi Canva, lagu Meraih Bintang  dilantunkan oleh Via Vallen

Berada dalam lingkar pergaulan yang didominasi pribadi maskulin, memang sudah jadi keseharian Ummi. Namun, ketika tiba ajakan Bang Jose Rizal -Penulis Novel Sang Abdi Praja- beberapa bulan silam, jujur diri ini tetiba grogi.

Bukan cuma karena menafasi identitas sebagai makhluk langka dalam Grup What'sapp para pengarang Pamong Praja Ksatrian. Ummi adalah salah satu, dari hanya dua orang Alumni Wanita Praja pada grup tersebut. Selebihnya lulusan lelaki, dari 40 orang anggota 😀

Dalam bingkai : Logo Grup WhatsApp, diambil dari sini

Selain itu, Ummi malu terhadap pencapaian karya para pengarang keluaran Kawah Candradimuka dalam grup tersebut. Mereka rata-rata keluaran pasca sarjana, bahkan doktor ahli pemerintahan.

Karya para pengarang Ksatrian tak cuma buku cetak, e-book, konten media sosial maupun jurnal tebal. Bahkan, ada juga novelnya yang sampai bakal dialihkan menjadi film layar lebar. Beberapa penulis Pamong Praja juga telah lalu lalang menjadi narasumber pemerintahan dalam negeri. Sedangkan awak, ga usah dipertegas lagi. Makin malu, ntar! 😂

Dalam bingkai : Karya e-book salah satu anggota grup para pengarang Ksatrian

Akan tetapi, bagi seorang pembelajar, tidak boleh ada kata malu atau bahkan minder. Meski Ummi sering terbatuk-batuk atau nyengir sendiri, jika disebut teman sebagai penulis. Sebab, diri ini nyaris tidak lagi berkarya melalui media cetak. Hanya ngeblog atau nyetatus.

Maka, menjadi anggota WAG tersebut, Ummi anggap sebagai kuliah kehidupan. Di sana banyak ilmu. Utamanya politik pemerintahan. Juga saksi hidup perkembangan literasi ilmiah, jauh dari kemampuan diri yang hanya kutip tausiyah 😆

Nikmat Allah yang mana lagi yang Ummi hendak dustakan?

ٱلْحَمْدُ لِلَّٰهِ رَبِّ ٱلْعَالَمِينَ

مَاشَاءَ اللهُ تَبَارَكَ اللهُ