Video disunting menggunakan Aplikasi CanvaJangan menghukum kekhilafan pasangan terlalu berlebihan. Mungkin saja, hal itu dilakukannya karena cinta.
Telah mahsyur kisah Ibunda Sarah yang menghadiahkan Ibunda Hajar kepada sang suami, Nabiyulloh Ibrahim عَلَيْهِ السَّلَامُ, untuk dinikahinya.
Akan tetapi, setelah kelahiran Ismail, maka perhatian suaminya tercurah untuk istri kedua---terbitlah cemburu yang dahsyat di hati Ibunda Sarah. Hingga keluarlah sumpah dari lisan Beliau, akan memotong tubuh Ibunda Hajar menjadi 3 bagian.
Marahkah Nabi Ibrahim عَلَيْهِ السَّلَامُ? Tentu tidak. Sebab, Beliau tahu kecemburuan itu berasal dari cinta. Sang Nabi hanya memisahkan para istri yang dikasihi. Bahkan dalam perjalanan, Ibunda Hajar sengaja menghapus jejak dengan kain yang menjuntai pada pakaiannya, agar tak mudah dicari Ibunda Sarah.
Kelak, sumpah Ibunda Sarah benar-benar terlaksana. Namun, dalam nuansa hati penuh kasih sayang. Lahirlah tradisi menindik telinga dan khitan bagi wanita dari sumpah ini.
Dalam bingkai : Proses tindik telinga bayi. Artikel diambil dari siniDemikian pula dengan Baginda Rasulullah ﷺ. Saat Ibunda Aisyah رضي الله عنه membanting nampan sajian dari Ibunda madu yang lain, berhamburanlah makanan di hadapan para tamu.
Rasulullah ﷺ tidak marah, sebab tahu itu adalah perilaku cemburu. Bahkan Baginda Nabi membersihkan pecahan pinggan dan memunguti makanan. "Maafkan Ibu kalian, dia sedang cemburu", sabdanya.
Maka tatkala Ibunda Aisyah رضي الله عنه meminta maaf di balik tirai dapur, Rasulullah ﷺ hanya tersenyum sambil berujar, "Pinggan diganti dengan pinggan".
Dalam bingkai : ilustrasi piring cantik. Gambar diambil dari sini
Jika Istri Nabi saja demikian ekspresif kala dilanda cemburu, maka apatah lagi kita; para wanita yang sangat jauh derajat keshalihahan dengan mereka.
Namun, sesuai tajuk tulisan ini, Ummi hendak membahas manajemen rasa cemburu dengan kelaziman yang terjadi pada pernikahan Purna Praja.
Sebelumnya, Ummi ingin menjelaskan. Supaya para pembaca baik hati tidak bingung. Jadi, sama saja, antara istilah Alumni atau Purna atau Pamong bagi lulusan praja Ksatrian, ya.
Dalam bingkai : Pelantikan Purna Praja Institut Pemerintahan Dalam Negeri oleh Bapak Presiden Joko Widodo semasa pandemi. Gambar diambil dari sini
Menikahi Purna Praja, adalah mengikat hati pada kesadaran. Bahwa sosok pasangan kita merupakan Abdi Negara yang keberadaannya dibutuhkan masyarakat.
Umumnya, Purna Praja ditempatkan pada pos-pos wilayah seperti kelurahan dan kecamatan. Maka, para istri jangan terlalu khawatir jika suaminya dekat dengan ibu-ibu warga, kader PKK, kader posyandu dan sejenisnya yaa.
Insyaa Allah kedekatan itu adalah sebentuk pengabdian. Jadi sifatnya bukan personal. Walau mungkin berwujud aduan dan keluhan dalam chat pribadi.
Hatta, mereka yang ditempatkan pada badan dan dinas pun. Ikhlaskanlah jika suami bergaul dengan para karyawan karyawati di sana. Yang boleh jadi sangat menjaga penampilan dan kerapian.
Dalam bingkai : penyambutan Purna Praja IPDN oleh Gubernur Sulawesi Utara. Gambar diambil dari sini
Bagaimana dengan menikahi Purna Wanita Praja?
Yaa, para suami harus berlapang hati jika keseharian istrinya berkomunikasi, berinteraksi dan dikelilingi oleh teman pria---yang bisa jadi sangat banyak jumlahnya. Di dunia nyata maupun di dunia maya.
Ummi sendiri ketika bertugas di sebuah kelurahan beberapa tahun silam, pernah jadi satu-satunya kru perempuan selama 15 bulan. Hatta, sering pulang malam untuk musyawarah bersama warga atau acara bersih desa. Alhamdulillah, Abi mahfum.
Sehari-hari sampai kini dijapri rekan maupun senior yunior lelaki, juga beliau bisa menerima. Sebab, tahu istrinya berasal dari Kawah Candradimuka yang didominasi jiwa-jiwa maskulin namun lembut perangainya.
Ini memang butuh proses, komunikasi yang terus menerus dan saling sabar serta saling syukur.
Dalam bingkai : Prosesi pernikahan Purna Praja IPDN. Gambar diambil dari sini
Maka duhai, bagi kalian yang hendak atau telah menikahi Purna Praja (maupun alumni wanitanya) :
Percayailah pasangan, maka kesetiaannya akan terjaga insyaa Allah.
Pikatlah ia dengan kecantikan akhlak, wangi doa dan indahnya pemahaman. Semoga cinta kita senantiasa diberkahi-Nya. Dunia hingga ke surga.
InsyaAllah biidznillah.
مَاشَاءَ اللهُ تَبَارَكَ اللهُ
Komentar
Posting Komentar
Sila tinggalkan jejak komentar, saran, masukan, kritik dan segenap tanggapan. Ummi tidak setiap hari memeriksa blog ini. Namun, insyaa Allah diusahakan membalas semampunya apabila senggang. Terima kasih atas kunjungannya :)