AMAL, SURGA dan RAHMAT ALLAH سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى

 

Video disunting menggunakan Aplikasi Canva

Tuan Guru Abdul Somad pada podcast dengan mantan host Indonesian Idol -Daniel Mananta- mengungkapkan, betapa amal seorang hamba selama di dunia tidak akan bisa menebus kekalnya nikmat surga.

"Jika rata-rata usia umat Rasulullah ﷺ adalah 60 sampai 70 tahun. Sedangkan ibadah kita tidak penuh seumur hidup, karena masih dipotong makan, tidur dan seterusnya. Maka, bagaimana mungkin kita mengandalkan amal selama sebagian umur dan mengharapkan kenikmatan surga yang abadi?", demikian urai Tuan Guru. 

Dalam bingkai : dokumentasi podcast Daniel dan UAS link dari sini

Ustadz Salim Akhukum Fillah dalam sebuah kajiannya, memberikan pemahaman bahwa segala amal kebaikan itu adalah bentuk Rahmat Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى.

 Sebab, tenaga, kesehatan, fasilitas, harta, akal hingga kesempatan waktu yang digunakan dalam beramal---seluruhnya berasal dari kemurahan dan kasih sayang Rabb Semesta Alam. 

"Contoh sederhana, ketika subuh. Kita diberi petunjuk dan kekuatan untuk bangun pagi oleh siapa? Diberi tenaga untuk bangkit dari ranjang dan memutar keran berwudlu, oleh siapa? Diberi nafas serta kesehatan menunaikan sholat, bahkan melangkahkan kaki ke masjid, oleh siapa?

Maka bagaimana mungkin, kita membanggakan amal di hadapan Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى ?", tutur Gurunda Salim.
Dalam bingkai : Ustadz Salim Akhukum Fillah bersama salah satu karya novel sejarah beliau. Link diambil dari sini

Sebuah kisah ahli ibadah (abid) pada masa Bani Israil dapat kita hikmati bersama. Seumur hidupnya digunakan untuk mendekatkan diri kepada Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى . 

Hingga dalam riwayat Sabda Rasulullah ﷺ, kelak pada hari perhitungan, sang abid itu menuntut pahala amalnya. Menurut Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى ternyata ibadah seumur hidup tersebut tidak bisa menebus kenikmatan penglihatan sebelah mata.

Dalam bingkai : Ahli ibadah sedang bermunajat. Link diambil dari sini

Syarifah kita yang terkasih, keturunan perempuan Baginda Rasulullah ﷺ -Ustadzah Halimah Alaydrus- berpesan untuk tetap menunaikan sholat. Jangan sampai meninggalkannya, kecuali uzur yang diperkenankan syariat. 

Akan tetapi, ujar Ustadzah Halimah, tak bisa kita mengandalkan sholat-sholat tersebut untuk menggapai Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى. Demikian pula dengan ibadah dan amal kebajikan yang lain. Tak bisa kita menggantungkan Rahmat Allah pada hal-hal itu. Meski kita disarankan untuk secara konsisten melakukannya.

Dalam bingkai : Logo nama kaligrafi Ustadzah Halimah Alaydrus. Link diambil dari sini

Pembukaan konstitusi negara kita, Undang-Undang Dasar 1945 juga mengakui adanya semangat keberhambaan yang tinggi. Bahwasanya perjuangan melawan penjajahan selama hampir empat abad, bukanlah faktor penentu utama kemerdekaan Indonesia.

Frase "Atas berkat Rahmat Allah...", adalah wujud pengakuan yang sarat ketundukan oleh para pendiri bangsa. Segigih apapun perjuangan, takkan bernilai, tanpa keridhaan-Nya. 
Dalam bingkai : tampilan pembukaan UUD 1945. Gambar diambil dari sini

Maka, demikian pula kita bersikap. Sebagai hamba dan warga negara yang senantiasa takut, serta berharap Kasih Sayang Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى Setiap langkah, hela nafas, ucap, pikir dan perilaku, mari diniatkan untuk meraih Rahmat-Nya. Hingga kelak kita diperkenankan memasuki surga nan abadi.

Semoga Allah memudahkan 🤲


عَنْ جَابِرٍ ، قَالَ : سَمِعْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ، يَقُولُ : لَا يُدْخِلُ أَحَدًا مِنْكُمْ عَمَلُهُ الْجَنَّةَ ، وَلَا يُجِيرُهُ مِنَ النَّارِ ، وَلَا أَنَا ، إِلَّا بِرَحْمَةٍ مِنَ اللَّهِ

Artinya :
Jabir berkata, aku mendengar Nabi ﷺ bersabda, “Tidak seorang pun dari kalian yang dimasukkan surga oleh amalnya dan tidak juga diselamatkan dari neraka karenanya, tidak juga aku kecuali karena rahmat dari Allah.” (HR Muslim).

ٱلْحَمْدُ لِلَّٰهِ رَبِّ ٱلْعَالَمِينَ
 مَاشَاءَ اللهُ تَبَارَكَ اللهُ







Komentar

Postingan Populer