Sederhana dalam Mengemban Amanah

Video disunting menggunakan Aplikasi Canva


Selama 17 tahun mengabdi, Ummi temui beberapa insan terpilih yang mengaplikasikan kesederhanaan dalam jabatan. Meski masih level daerah, namun sikap kehati-hatian para pengemban amanah rakyat ini patut diapresiasi.

Pada tahun 2007, saat teramanahi sebagai Sekretaris Pribadi Istri Walikota; Ummi mengkhidmati seorang pejabat eselon 2 yang sangat berhati-hati menggunakan fasilitas negara. Bahkan hal sederhana seperti istrinya memakai mobil dinas untuk kulakan ke pasar.

Beliau langsung mengeluarkan uang pribadi, mengganti bensin yang terbelanjakan. Sambil mewanti-wanti sang istri agar lain kali tak selewengkan properti daerah.


Sumber gambar : TribunJatim.com

Beberapa tahun kemudian, tepatnya 2013, ketika bertugas di kelurahan, Ummi diperjumpakan dengan sosok Lurah yang berlapang dada tatkala pensiun. Kunci ruangan dan motor dinas langsung diserahkan pada hari terakhir beliau mengabdi. Padahal bisa saja, hal itu ditunda sampai esok harinya. Motor dipakai dulu untuk beliau pulang.

Namun, Pak Lurah tidak begitu. Kunci ruangan dan motor dinas kukuh diserahterimakan. Hingga kami yang berinisiatif mengantar Beliau pulang.

Sumber Gambar : Mataraman.Tribunnews.com


Lantas, dimanakah kita sekarang?

Di zaman serba jepret dan unggah pada media sosial ini, apakah kita pertimbangkan kembali setiap foto yang terlihat khalayak?

Sudahkah memilah-milah unggahan berbagai aktivitas, yang bisa saja menyakiti masyarakat pada saat sulit seperti sekarang?

Jangan sampai ada yang membatin, itu tas wanita yang terfoto kelihatan mahal. Padahal banyak ibu untuk beli sayur dan bumbu hari ini saja harus menyiasati banyak hal.

Sumber Gambar : harapanrakyat.com


Jangan pula ada yang terpesona, itu sepeda yang dipakai gowes kok kelihatannya kinclong. Gajinya pasti banyak. Padahal banyak sarjana yang menjerit lirih dalam hati, sebab masih menganggur dan jalan kaki cari lowongan kesana kemari.

Hingga jangan ada yang penuh takjub memandang, peralatan dapur dan sarana prasarana baking yang serba canggih. Jelas saja sudah menjabat, tunjangan pasti berlimpah. Padahal di akun sebelah, terdapat ironi mengunggah tungku perapian (luweng), kayu bakar dan ceret yang menghitam.

Sumber Gambar : Wikipedia.com


Aduh-aduh. Ini bukan tertuju pada siapapun. Sungguh yang menulis sedang menasehati diri sendiri.

Sebab yang banyak menulis, banyak pula terjatuh pada lubang kesalahannya. Banyak mengunggah foto, banyak pula kesilapannya. Banyak mengutip, jangan-jangan jadi yang paling menipu diri.

Sumber Gambar : FesyaHijab.com

Rabb yang Maha Memaafkan. Kami mohon ampunan atas kesyukuran yang kadang dibaca sebagai nikmat menyilaukan bagi hamba-Mu yang lain.

Semoga keberadaan kami dapat bermanfaat dan menjadi penyembuh hati-hati yang terluka oleh kerasnya kehidupan. Hingga bisa mewujud sikap mulia, seperti ternasehatkan oleh Ali bin Abi Thalib رضي الله عنه :

"Zuhud pengusaha adalah menampilkan nikmat Allah kepada lainnya agar mengilhami. Sedangkan zuhud penguasa (pejabat publik) ialah jauhi kemewahan agar tiada yang tersakiti".


ٱلْحَمْدُ لِلَّٰهِ رَبِّ ٱلْعَالَمِينَ
مَاشَاءَ اللهُ تَبَارَكَ اللهُ

Komentar

  1. bismillah...smoga kita bisa mencontoh pak lurah yang masih di berikan keteguhan dan rasa malu yang tinggi, malu kepada sang Maha Pemberi, aamiin...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aamiin Yaa Rabb 🤲

      Insyaa Allah. Terima kasih atas kunjungannya 😊

      Hapus
  2. Tksh dinda yg sdh menuliskan kisah inspiratif ini, semoga yg sdg diberi amanah mnjdi pemimpin, sll diberi kemudahan dlm sgl urusan, diberikan perlindungan dan dpt memberi teladan kebaikan .. Aamiin

    BalasHapus

Posting Komentar

Sila tinggalkan jejak komentar, saran, masukan, kritik dan segenap tanggapan. Ummi tidak setiap hari memeriksa blog ini. Namun, insyaa Allah diusahakan membalas semampunya apabila senggang. Terima kasih atas kunjungannya :)

Postingan Populer