Mampukah Perjodohan Hadirkan Cinta?

Video disunting menggunakan Aplikasi Canva

Masa remaja Ummi diliputi keengganan, bahkan antipati pada ketampanan pemuda. Walaupun seperti gadis remaja lainnya, juga memiliki sosok aktor idaman yang berwajah tampan. Tetapi, dalam kehidupan nyata, diri ini takut pada kebagusan paras.

Hingga, wajah indah tak masuk dalam himpun doa dan pinta akan kehadiran jodoh. Ummi tak mengimpikan suami yang tampan, sebab tak punya mental terlibat dalam persaingan.

Pastinya kan, pemuda tampan itu banyak yang suka. Banyak yang naksir. Banyak yang mengharapkan. Ummi gak pede pada kompetisi tak terstruktur macam begitu. 😄


Dalam bingkai : Ummi dan rekan-rekan Praja Angkatan 14 ketika dikukuhkan sebagai Praja  Tingkat Pertama di Lapangan Parade, 2 November 2002

Teman-teman pria di sekitar Ummi kebanyakan juga berwajah biasa saja. Nyaman berada di dekat mereka.

Mungkin agak bergeser ketika menempuh pendidikan di Ksatrian STPDN/IPDN. Rata-rata praja relatif gagah dan bagus. Sebab mereka memang putra pilihan daerah seluruh Indonesia. Tapi, itu tak mengubah pendirian Ummi terhadap ketampanan. Makanya nggak bercita-cita punya suami Pamong Praja. 😀

Lantas, ketika beberapa bulan setelah lulus; Ummi menerima biodata dan memandang foto Abi dalam masa perjodohan kami, sungguh ujian berat atas antipati ini.

Kecemasan datang bertubi-tubi. Gimana kalau ada yang nggak terima Ummi nanti nikah sama Abi? Gimana kalau ternyata Beliau suka tebar pesona? Gimana kalau nanti banyak yang naksir, apalagi wajah saya nggak mengimbangi ketampanannya?
Dan seterusnya.

Yang paling utama, gimana kalau Ummi nggak bersegera mencintai Abi setelah menikah nanti?

Dalam bingkai : Abi dan Ummi bergandengan tangan pertama kalinya, selepas akad nikah, di masjid kampung, 8 Juni 2007


Benar saja, beberapa kekhawatiran itu terbukti. Sebagian gadis muslimah sempat menjauhi Ummi, setelah pernikahan. Bahkan ada seorang muslimah yang pernah melamar Abi dan tertolak.

Namun, ada juga yang tidak terbukti. Abi nggak suka tebar pesona. Bahkan Beliau ngaku naksir Ummi diam-diam, dua tahun sebelum kami menikah. Hal ini memang sangat melegakan. Tetapi tidak cukup untuk menumbuhkan rasa sayang padanya. Sempat khawatir, akan jadi istri yang tidak berbakti karena minimnya rasa cinta.

Padahal, dalam kenyataannya, Abi sangat setia. Kemanapun kami pergi bersama, Ummi selalu digandengnya dan diperkenalkan pada siapa saja yang ditemui.

Abi senantiasa membanggakan Ummi sebagai istrinya. Mensyukuri perjodohan kami.

Dalam bingkai : Abi dan Ummi ketika rehat tasyakuran walimatul 'urusy, 9 Juni 2007

Tak kurang dari satu bulan pernikahan kami. Diselingi doa yang menghiba, agar segera ditumbuhkan rasa cinta. Mungkin Allah ï·» berbelas kasih pada Ummi.

Suatu malam, Ummi terbangun dan mendapati Abi sedang tidur pulas. Seketika itu juga merasa sangat takut kehilangan Beliau.

Ummi segera membangunkannya dan mengucap tiga kata ajaib. Berkhasiat menerbitkan senyuman di antara kantuk Abi.

Mungkin satu bulan ini terlalu lama. Atau bisa jadi terlalu cepat. Mengingat perkenalan hingga akad nikah hanya berjarak 37 hari.

Namun, tak masalah. Sebab bagi perempuan berhati lemah yang berpura-pura tegar seperti Ummi, perasaan cinta itu nutrisi penting. Bahkan, energi utama menghadapi luasnya kehidupan berumah tangga.

Boleh jadi ini pernikahan dakwah. Diperantarai oleh para guru ngaji shalih-shalihah. Mahligai pertautan dua komunitas yang saling bersinergi. Tetapi, Ummi tetap manusia biasa. Membutuhkan sisi romantisme sebagai pemanis.

Dan, alhamdulillah biidznillah, itu yang membuat kami bertahan hingga sekarang.

Foto studio kami yang pertama, waktu itu Ummi mengandung Mbak Aiko. Masih langsing yak 😆


Jadi, apakah perjodohan mampu hadirkan cinta? Insyaa Allah mampu, sesingkat apapun masa ta’aruf-nya. Yang penting senantiasa melibatkan Allah ï·», ikhtiar dan saling bersabar serta bersyukur.

Bahkan sebaliknya, perjodohan juga bisa menimbulkan perceraian. Sudah banyak di sekitar kita. Tak beda dengan mereka yang telah lebih lama saling mengenal dan berkomitmen.

Namun, bagi yang tertarik atau sekarang tengah menjalani proses perjodohan Islami. Jangan berkecil hati, ya. Kita tetap boleh kok, menggunakan insting naluriah, semacam
perasaan klik ataupun kecocokan sejenisnya.

Semoga Allah ï·» memudahkan.

ٱلْØ­َÙ…ْدُ Ù„ِÙ„َّٰÙ‡ِ رَبِّ ٱلْعَالَÙ…ِينَ
Ù…َاشَاءَ اللهُ تَبَارَÙƒَ اللهُ

Komentar

Postingan Populer